Archive | July, 2013

Kisah Tragis Wartawan Cantik dari Irlandia

2 Jul

Judul : Veronica Guerin

Sutradara : Joel Schumacher

Produser : Jerry Bruckheimer

Pemain : Cate Blanchett, Gerard McSorley, Ciaran Hinds, Brenda Frickr

Durasi : 98 menit

Tanggal rilis : 11 Juli 2003 (Irlandia), 17 Oktober 2003 (Amerika Serikat)

Bahasa : Bahasa Inggris

Negara : Amerika Serikat, Irlandia, Inggris

Distributor : Buena Vista Pictures

Dana : $ 17 Juta

 

Seorang yang mencari kebenaran tak selamanya bisa hidup tenang. Itulah yang dapat disimpulkan bila menyaksikan film biografi ini. Veronica Guerin adalah wartawan bagian kriminal pada koran Sunday Independent. Dia tertarik untuk menelusuri distribusi dan peredaran narkoba. Hal tersebut terjadi karena ia prihatin melihat banyaknya remaja yang mengkonsumsi narkoba. Awalnya, pengedar tersebut memberi narkoba secara gratis agar mereka tergiur. Karena narkoba tersebut memiliki efek candu yang sangat berat, pada tahap berikutnya mereka ingin terus mengkonsumsi barang haram itu. Kenyataan tersebut membuat Veronica ingin menguak siapa dalang dari semua ini.

Perjalanan Veronica tak mudah, ia berjalan dari rumah ke rumah para pecandu narkoba hingga ke bar tempat para distributor narkoba berkeliaran. Usahanya tak sia-sia, ia bertemu dengan John Trayno yang menjadi sumber penting dalam pencarian ini. Tak hanya itu saja, ia juga memiliki teman di kepolisian yang menangani masalah narkoba dan seringkali Veronica mampir ke sana untuk menelusuri beberapa dokumen.

Ketika usaha Veronica membuahkan hasil dan menemukan pemasok utama narkoba itu, hidupnya mulai tak tenang. Ia sering diteror, jendela rumahnya ditembaki dan tak kalah peliknya ia juga menjadi korban tembakan peluru pada saat malam natal yang menyasar ke paha kanannya. Ancaman dan teror tak membuat Veronica menyerah, meskipun terluka ia masih terus gigih dalam menguak realita ini. Ia tetap mencari meski sang suami telah menyarankan untuk berhenti dan teman-temannya juga menyuruhnya pindah ke desk pemberitaan lain. Ia tak gentar dengan semua ini.

John Gilligan yang berhasil ditemukan Veronica di kediamannya yang mewah membuat hidupnya semakin terancam. John Giligan tak segan memukul Veronica yang berani mengusik hidupnya. Kemudian ia mengajukan kasus ini ke pengadilan dan dari sinilah Veronica harus menghadapi takdirnya.

Ajal Veronica Dijemput Paksa Pengedar Narkoba

Sekitar tahun 1994, Irlandia adalah negara yang mendapat peringkat tertinggi masalah narkoba. Seorang wartawati bernama lengkap Veronica Guerin, memiliki rasa ingin tahu yang besar dalam kasus itu. Selama beberapa waktu, ia fokus untuk melakukan investigasi secara diam-diam yang dilakukannya seorang diri. Langkahnya dalam mengendus informasi hanya dilakukan dengan modal keberanian dan keprihatinan. Tujuan utamanya hanya satu, yaitu menguak identitas jaringan narkoba.

Jika wanita biasanya menyenangi menulis artikel tentang kesehatan, fashion, atau masakan, tidak dengan Veronica. Dia adalah seorang perempuan yang fasih dalam pemberitaan kriminalitas. Dia juga ikut prihatin dengan masalah narkoba yang melenyapkan kehidupan indah anak muda di Irlandia. Bahkan di pinggir-pinggir jalan banyak berserakan bekas jarum suntik. Ia menyaksikan bagaimana anak-anak kecil mengikuti perilaku orang-orang di sekitarnya yang lebih tua menyuntikkan jarum suntik ke tangan. Veronica pernah mengadakan demo kecil pemberantasan narkoba, tapi usahanya tidak berhasil mengusir para pecandu. Ia sudah geram dan bertekad akan mencari tahu siapa dalang narkoba jika ingin melakukan perubahan.

Bermodal kedipan mata dan sedikit rayuan, Veronica mencoba mengorek informasi lebih dalam dari John Traynor. Ia menduga, John yang dianggap sebagai teman dekatnya tersebut memiliki hubungan intens dengan kawanan narkoba. Wartawati harian Sunday Indepent ini memanfaatkan John sebagai sumber berita untuk menguak sarang narkoba. “Apa kau mengenal Giligan? Apa kau mengetahui di mana Giligan?” adalah inti dari setiap pertanyaan yang dilayangkan pada John saat itu. Namun, berkali-kali John yang akrab disapa Coach itu menampik perihal kedekatannya dengan orang yang disebut-sebut oleh Veronica.

John yang panik lantas menghubungi Gilligan si petinggi dalam pengedaran narkoba. Lalu Gilligan segera meminta John menutup mulut dengan mengancam untuk membunuhnya. Di sisi lain, Veronica mulai merasakan adanya data yang tidak akurat yang diberikan oleh John untuk artikelnya. Kemudian ia beralih mencari keberadaan Gilligan seorang diri. Saat ditemui di kediamannya, Gilligan langsung menyambut Veronica dengan menghajarnya hingga bersimbah darah. Di sinilah awal mula Veronica diberi ancaman dan kekerasan fisik berulang kali oleh Gilligan.

Veronica tetap melanjutkan investigasinya meskipun diburu ancaman dari Gilligan, teror terus datang di setiap aktivitasnya. Saat malam Natal, ia mendapat kado spesial berupa peluru yang menembus masuk ke dalam kakinya. Sehingga Veronica harus menggunakan bantuan tongkat untuk jalan. Ancaman selanjutnya adalah telepon tengah malam dari Gilligan yang mengancam akan memperkosa anak laki-lakinya yang masih kecil dan membunuhnya. Tidak kuat dengan segala macam ancaman, Veronica menjadi ketakutan. Tidak tinggal diam, Veronica mengadukan tindakan kekerasan yang dialaminya ke pengadilan. Namun, pengaduannya dikalahkan oleh pihak Gilligan. Hingga pada suatu hari ia mengalami dilema antara mempertahankan haknya di pengadilan atas tindakan kekerasan tersebut atau meneruskan artikelnya tanpa membeberkan kegiatan Gilligan. Karena masih belum cukup bukti untuk menjebloskan Gilligan ke dalam jeruji besi.

Veronica tidak menyerah, ia terus mengintai jejak Gilligan meskipun masih dilanda ancaman. Gilligan yang geram dengan keberanian Veronica ingin menghabisi nyawa wanita berambut pendek itu dengan menyuruh anak buahnya. Anak buah Gilligan langsung menembak Veronica saat ia dalam perjalanan mengendarai mobilnya. Dua orang suruhan Gilligan menembak Veronica beberapa kali hingga ia tewas di tempat. Kematian Veronica saat sedang bertugas akhirnya terdengar oleh masyarakat luas. Peristiwa itu membawa benih-benih api semangat masyarakat sekitar dalam memberantas narkoba. Mereka bersatu meneruskan impian perubahan yang diinginkan oleh Veronica. Akhirnya, komplotan narkoba di Irlandia berhasil ditangkap kepolisian dengan jeratan pasal yang telah ditetapkan.

Film yang di sutradarai oleh Joel Schumacher ini banyak menginspirasi masyarakat, terutama bagi jurnalis. Sebagaimana diketahui, jurnalis mempunyai peranan penting dalam membawa perubahan dan menjaga stabilitas sosial di masyarakat. Masyarakat Irlandia saat itu telah merasakan manfaat dari peran jurnalis. Perjuangan jurnalis seperti Veronica di lapangan memang membawa resiko besar. Tapi, itu semua sama-sama mengacu pada tujuan demi perubahan. Sebuah kebenaran haruslah diungkap keberadaanya dengan modal keberanian yang kuat. Film ini dibuat untuk tidak menakuti jurnalis lainnya tetapi untuk menginspirasi sesama kaum jurnalis.

Veronica Guerin merupakan film yang cukup tersohor pada masanya. Film ini diangkat dari kisah nyata seorang jurnalis wanita yang rela mengorbankan dirinya untuk melindungi anak-anak yang menggunakan narkoba. Dalam film ini, digunakan alur campuran yaitu maju-mundur. Seperti yang terlihat pada awal film ini dimulai, alur dibalik pada saat Veronica berada di lampu lalu lintas. Saat itu ia sedang asyik menelpon temannya untuk memberitahukan bahwa dirinya yang sering terkena tilang, hanya dikenakan denda sedikit. Namun, saat ia menoleh ternyata ada dua orang pria bermotor yang langsung memecahkan kaca mobilnya dan ia pun berteriak. Setelah itu kembali lagi pada alur di mana Veronica bekerja sebagai wartawan yaitu alur mundur. Penggunaan alur maju dan mundur ini memang cukup menarik. Penonton dibuat penasaran dengan apa yang menimpa Veronica pada adegan satu, yaitu setelah ia berteriak.

Sang sutradara, Joel Schumacher, menata setiap adegan dengan rapi. Seperti pada adegan saat Veronica masuk ke dalam rumah yang penuh dengan anak-anak pemakai narkoba. Terlihat lantai yang kotor, tembok yang tidak terawat, suntikan di mana saja dan gerak anak-anak kecil yang tidak berdosa ketika memegang suntikan. Penonton pun akan terus penasaran bagaimana akhir dari kisah nyata ini. Selain itu, pemeran Vernonica Guerin, Cate Blanchett, sangat lihai memerankan film ini. Nada bicaranya, cara ia menatap persis seperti yang dilakukan oleh Veronica Guerin yang asli. Film ini sangat bagus untuk ditonton para jurnalis muda untuk membangun mental dan pola berpikir yang realistis. Sosok Veronica Guerin sudah sangat jarang dalam dunia jurnalis, karena kebanyakan jurnalis hanya mencari aman sehingga fakta tidak terpublikasikan. Padahal fakta tersebut adalah untuk kepentingan banyak khalayak.

Fakta dan Realita Kekerasan Wartawan

Namun Veronica yang merupakan seorang wartawan wanita tidak demikian. Di tengah rasa takut yang mengancamnya ia terus berjuang mengungkap fakta. Suami, keluarga dan beberapa teman dekatnya yang merupakan sesama wartawan berulang kali menyuruh ia untuk melepaskan berita ini. Apalagi setelah tragedi demi tragedi yang menimpa dirinya. Namun Veronica terus berjalan lurus ke depan untuk mengungkap fakta. Inilah yang patut dicontoh oleh para jurnalis. Banyak pelajaran yang bisa diambil, seperti tidak menerima amplop atau suap dalam bentuk apapun, dan tidak mendengarkan perkataan wartawan lain yang mencemooh.

Dari berbagai kelebihan, ada pula beberapa kekurangan. Seperti, bagaimana pun juga Veronica adalah perempuan yang ketika ia mendatangi tempat berkumpulnya pemakai narkoba, ia tidak didampingi siapapun tentunya ini membahayakan dirinya. Mungkin ini nyata terjadi di lapangan, harkat dan martabat jurnalis belum terangkat hingga saat ini. Timbul berbagai pertanyaan, apakah jurnalis akan dihormati ketika ia sudah meninggal?

Veronica hanya satu dari sekian banyak jurnalis yang meninggal ketika menyebarkan fakta dan menuntut haknya. Apakah setelah meninggal barulah hak-hak dan pembelaan kepada jurnalis baru akan diberikan, sedangkan selama ia bertugas tidak ada perlindungan khusus terhadap dirinya. Seperti saat Veronica melaporkan penganiayaan yang dilakukan Gilligan. Terlihat jelas bahwa hak-hak perlindungan terhadap Veronica yang merupakan seorang jurnalis tidak diberikan sehingga sidang kasusnya ditunda. Namun dari berbagai macam anggapan tersebut film ini sudah sangat baik dalam sinematografi ataupun latar tempat dan penokohan.

Masalah Veronica Guerin memang sangat kental hubungannya dengan kekerasan kepada wartawan. Seringkali terjadi kekerasan kepada wartawan ketika mereka sedang melaksanakan tugas. Hal ini seharusnya menjadi perhatian aparat pemerintah dan penegak hukum di belahan dunia manapun. Sosok wartawan menjadi peran yang sangat penting terhadap informasi yang dibutuhkan oleh publik. Film ini sangat membuka mata dunia mengenai bahaya profesi seorang wartawan dalam kaitannya dengan kasus yang sangat sensitif seperti narkoba. Kekerasan yang terjadi membuktikan masih lemahnya perlindungan terhadap profesi wartawan di Irlandia.

Cerita ini juga menunjukkan kepada dunia bahwa melalui sebuah tulisan dapat membuat suatu perubahan besar terhadap perkembangan suatu negara. Setelah tulisan Veronica Guerin, Irlandia mengesahkan undang-undang mengenai pembekuan aset para pengedar narkoba. Tingkat kriminalitas negara tersebut turun hingga 15%, hal ini membuktikan betapa pentingnya sosok wartawan bagi sebuah negara. Selain itu dalam film ini juga dapat dilihat sosok ibu yang sangat menyayangi keluarganya, selain harus mengurus pekerjaan, ia juga harus mengurus keluarganya.

Kekerasan terhadap jurnalis kerap sekali terjadi, bahkan hingga saat ini tak banyak orang yang bersedia didatangi jurnalis. Dalam bernegara jurnalis menjadi pilar keempat yang berusaha menjadi penghubung antara pemerintah dan rakyatnya, sayangnya pemerintah tidak berusaha untuk melindungi hak dan keselamatan jurnalis. Pemerintah seakan memandang enteng permasalahan kekerasan jurnalis ini, bahkan usaha penyelesaian melalui payung hukum pun sepertinya tidak terdengar.

Banyak kasus penyitaan, ancaman, pemukulan, penyekapan, penculikan hingga pembunuhan menghantui jurnalis di seluruh belahan dunia. Pada daerah konflik, jurnalis yang meliput menjadi salah satu target sasaran penculikan hingga pembunuhan. Para penculik bukan tidak tahu jika jurnalis diberikan hak istimewa untuk dapat memberitakan apa yang sedang terjadi, tetapi mereka tidak peduli. Dalam peraturan internasional, disebutkan bahwa kemerdekaan jurnalis disebutkan dalam article 19 The Universal Declaration of Human Rights (UDHR) dan article 19 The International Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR). Dalam kedua deklarasi tersebut tercantum bahwa hak kebebasan jurnalis diperlukan sebagai bentuk transparansi sebuah pemerintahan.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah film ini sangat bagus untuk ditonton khususnya bagi para calon wartawan agar mengerti bagaimana kehidupan para wartawan dalam melaksanakan tugas. Selain bagi wartawan, film ini juga dapat menjadi renungan bagi pemerintah untuk lebih memperhatikan hal-hal mengenai perlindungan terhadap profesi kewartawanan. Profesi yang mengandung bahaya ini juga berfungsi sebagai pengatur pemerintahan baik lokal maupun internasional. Mereka sebagai pilar demokrasi harusnya mendapatkan hak asasi manusia (HAM) atas kebebasan serta perlindungan yang setimpal dengan resiko yang harus dihadapi.

 

Tim Resensi: Nikita Putri Hutami, Nur Istifani Rahayu, Hasinadara Pramadhanti, T.M. Rizal Palevi, Ade Pandu Narwastu, Yohani Gori Agustin, Aan Mei Handoko, Anindita Damayanti

Tidak Ada Kata “Pacaran” dalam Islam

2 Jul

Anindita Damayanti (10321066)

Judul buku      : Udah Putusin Aja!

Penulis             : Felix A. Siauw

Penerbit           : Mizania (PT Mizan Pustaka)

Cetakan           : Februari 2013

Tebal buku      : 180 halaman

 

“Pacaran ‘kan masa penjajakan. Masa menikah dengan orang yang tidak dikenal?!”

“Kita ‘kan masih muda, masa ‘gak boleh pacaran?”

“Pacaran ‘gak ngapa-ngapain kok, cuma buat penyemangat belajar saja”

Kalimat-kalimat tersebut seringkali terlontar jika anak-anak muda dilarang berpacaran, tapi bagaimana jika anak SD yang mengatakan hal tersebut? Saat ini, banyak sekali fenomena anak SD yang sudah berpacaran, bukan lagi sekedar “cinta monyet”. Cinta memang seringkali tidak mengenal umur, tidak muda tidak tua semua pasti ingin merasakan perasaan itu. Bagi beberapa kalangan sepertinya pacaran dianggap sebagai tren, seperti anak baru gede alias ABG. Bagi mereka jika belum pernah merasakan pacaran pasti akan dianggap cupu oleh teman-teman lainnya.

Banyak alasan yang terlontar ketika ditanyai tentang pacaran. Sebagian bagi yang sudah berumur tentu beralasan jika pacaran merupakan masa penjajakan yang mesti dilakukan sebelum menikah. Sayangnya alasan tersebut tidak ada dalam ajaran agama islam sekalipun. Jika ingin berhubungan maka mantapkanlah dalam sebuah hubungan pernikahan. Tidak ada alasan apapun untuk berpacaran dalam islam. Hal ini secara tegas ditulis dalam buku yang berjudul “Udah Putusin Aja!” oleh Felix A. Siauw, seorang ustadz yang aktif berdakwah dan cukup terkenal di kalangan anak muda. Lalu bagaimana Ustadz Felix berpendapat dan menjelaskan pacaran dalam buku ini?

Buku ini dibuat dengan target pasaran anak muda untuk menjelaskan seperti apa hukumnya pacaran dalam ajaran islam. Selain anak muda, orangtua juga dibolehkan bahkan mungkin diwajibkan membaca untuk memahami dunia anaknya yang beranjak dewasa. Hal ini tentu berguna bagi orangtua untuk melindungi anak-anak mereka dari perbuatan yang tidak diinginkan. Walaupun pada dasarnya kembali ke orang itu sendiri bagaimana mereka menghadapi kehidupannya.

Setiap orang dilahirkan dengan memiliki hati untuk memiliki perasaan, seperti perasaan sayang dan cinta. Perasaan tersebut bisa diberikan dari seseorang kepada orangtua, teman atau bahkan lawan jenis. Di sini dijelaskan bahkan memiliki perasaaan cinta merupakan hal yang fitrah bagi setiap manusia tetapi Allah tidak ingin manusia mengekspresikannya secara bebas. Alasan umum orang menjalin hubungan pacaran karena saling jatuh cinta, tetapi hati-hati, pacaran merupakan satu jalan menuju perzinahan.

Pacaran Awal Menuju Perzinahan

Di dalam buku bahkan ditulis pengalaman seseorang yang menceritakan apa yang ia lakukan ketika berpacaran. Ia mengakui sudah berhubungan intim dengan pacarnya beberapa kali yang berjanji bahwa hubungannya akan serius hingga jenjang pernikahan. Ketika ditanya kapan pacarnya akan menikahinya yang dijawab “nanti” tanpa ada kepastian yang jelas. Seringkali kata “cinta” dan “sayang” dijadikan umpan untuk meminta berhubungan intim. Hal seperti itu bukan lagi rahasia, karena bahkan banyak yang perempuannya sudah hamil baru dinikahi.

Jelas disebutkan bahwa tidak ada yang namanya pacaran dalam islam, jika memang seorang pria cinta dan sayang dengan seorang perempuan maka datangilah orangtua atau walinya, mintalah untuk bisa menikahinya. Sebagai perempuan juga sebaiknya tidak berdandan secara berlebihan yang dapat menimbulkan hasrat pria. Bukan hanya berdandan, bahkan beberapa orang berpendapat bahwa tidak baik jika perempuan berjalan melewati gerombolan laki-laki. Aturan ini diterapkan oleh ajaran islam untuk melindungi perempuan dari nafsu setan-setan jahat.

Siapa yang tidak mengetahui hari kasih sayang atau yang sering disebut sebagai hari Valentine? Semua orang tahu bahkan berharap di hari itu mereka mendapatkan kasih sayang yang spesial dari seseorang. Buku ini juga tidak lupa membahas momen itu, bahkan sedikit dikupas asal usul munculnya budaya Valentine’s Day yang berawal dari kaum kristian. Banyak ulama muslim yang menyerukan umat islam untuk tidak turut serta dalam perayaan ini, walaupun ya bisa ditebak, masih banyak yang merayakan momen ini. Tanpa sadar, mereka yang merayakan Valentine menjadi korban konsumerisme, mereka rela mengeluarkan banyak uang demi orang yang mereka “sayang”.

Lain pacaran lain nikah, buku ini cukup menggambarkan bahwa tidak selamanya pacaran yang berujung pernikahan hidupnya akan indah dan berbahagia. Istilahnya, lain pacaran lain nikah, banyak celetukan yang akhirnya muncul pada pasangan menikah padahal sebelumnya saat pacaran tidak pernah. Penggambaran yang cukup mengena jika dirasa, banyak orang yang merasa jika selamanya keindahan masa pacaran akan terus terbawa hingga pernikahan. Masing-masing orang berbeda.

Tidak ada alasan untuk memulai hubungan sebelum pernikahan, pacaran atau bertunangan. Semua ini ditegaskan oleh penulis dengan mencantumkan berbagai ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan bahwa pacaran diharamkan oleh agama. Jika belum siap menikah maka mantapkanlah, tetapi jangan terlalu banyak mengumbar janji. Intinya bagi mereka yang sedang berpacaran dan telah membaca buku ini mungkin ada baiknya memikirkan dua kali manfaat kalian berpacaran. Judul buku juga cukup tegas menjelaskan bahwa tidak ada nilai plus dalam berpacaran.

Buku ini cukup interaktif bagi anak-anak muda, dengan bahasa yang cukup “gaul” sehingga menyentuh semua kalangan tanpa banyak berpikir keras. Penggunaan bahasa sehari-hari terbukti dapat menyampaikan informasi dengan lebih efektif terutama jika melihat targer pembacanya. Penambahan gambar animasi yang lucu serta grafik akan menjadi nilai tambah sendiri, akan menjadikan buku semakin eye catching dan membuat orang penasaran untuk membacanya. Tujuan penulisnya sebagai pendakwah membuat buku ini cukup banyak kutipan-kutipan Al-Qur’an.

Buku yang berwarna merah muda ini tentu cukup mencolok berada di tumpukan buku, mungkin salah satu tujuannya adalah untuk menarik banyak perhatian orang-orang untuk membacanya. Buku ini juga tidak tebal tetapi tidak terlalu tipis juga, penambahan gambarnya juga cukup menarik mata. Selain itu judulnya “Udah Putusin Aja!” pada pandangan pertama akan membuat orang bingung dengan maksudnya, apa isi bukunya. Jika sudah membaca pasti terpikir bahwa judulnya cukup frontal bagi mereka yang sedang menjalin hubungan.

Secara garis besar buku ini memiliki pesan yang sangat positif bagi pembacanya. Buku ini banyak berisi nasihat-nasihat yang menjelaskan tidak perlunya hubungan-hubungan sebelum pernikahan yang disertai ayat-ayat Al-Qur’an, yang membuatnya enak dibaca adalah kesannya yang tidak menggurui. Dengan bahasa yang santai dan ilustrasi yang lucu membuat buku ini lebih mengena untuk menjelaskan segala hal pada anak muda. Bahasanya yang langsung to the point dengan menambahkan kisah nyata bisa membuat pembacanya berpikir dua kali untuk menjalin hubungan.

Dengan warna yang didominasi warna merah muda dan biru, buku ini sebagai perantara dakwah penulisnya. Mungkin bagi sebagian orang akan mengelak dari buku ini karena berpikiran bahwa mereka berpacaran dengan tujuan yang baik dan tidak pernah melakukan apa-apa. Buku ini hanya sebagai perantara penulis untuk mengingatkan bahwa yang namanya pacaran tidak ada untungnya. Penulis bisa memberikan alasan detail dari alasan-alasan yang diajukan untuk berpacaran.

Sebagai contoh, penulis memasukkan satu surat yang berasal dari seseorang yang menyesali sudah berpacaran bahkan hingga berhubungan intim. Bukan tidak boleh, hanya saja bahasanya masih terlalu terbuka. Memang berpacaran dengan gaya semacam itu sudah banyak terjadi, tetapi lebih baik jika bisa mengubah kata-katanya menjadi lebih sopan. Tetapi selain hal itu, buku ini sudah cukup banyak menjawab pertanyaan umum mengapa islam melarang umatnya untuk menjalin hubungan sebelum pernikahan.

Dengan berbagai contoh dan pertanyaan nyata yang biasa terjadi sehari-hari, buku ini dapat menggambarkan tidak ada gunanya berpacaran. Bahkan penulis juga mencantumkan ayan Al-Qur’an untuk memperkuat pernyataannya tersebut. Dari manfaatnya, buku ini banyak memberi masukan bagi pembacanya, baik orangtua maupun kaum muda mudi. Memang secara langsung buku yang ditulis Ustadz Felix A. Siauw tidak dapat melarang, ia hanya memberikan gambaran apa yang terjadi ketika berpacaran. Tetapi buku ini layak dibaca untuk menjadi bahan renungan dan masukan bagi masing-masing. Semuanya dikembalikan kepada orangnya masing-masing. Bagaimana orang tersebut menjalani kehidupannya dan berprinsip.

Mungkin saja ada yang langsung memutuskan pacar masing-masing, lalu jadi adik-kakak deh. “Yah sama saja!” mungkin itu yang akan dikatakan Ustadz Felix.

Di Balik Kehidupan Seorang Penulis

2 Jul

 

Hasinadara P (10321024)

IMG

Judul: My Life as a Writer

Penulis: Haqi Ahmad dan Ribka Anastasia Setyawan

Penerbit: Plotpoint

Tahun terbit: Maret 2013

Tebal: iv+192 halaman

Menulis adalah bekerja untuk keabadian. Begitulah sebuah kutipan  dari Umar Kayam yang tertulis pada awal bab buku ini. My Life as a Writer bercerita tentang 5 penulis yang sukses dan terkenal lewat tulisan mereka. Para penulis ini pun memiliki pekerjaan selain menulis. Namun menulis tetap menjadi bagian dari hidup mereka. Buku ini mencoba mengorek bagaimana lika-liku perjalanan dalam menulis buku hingga berhasil.

Penulis pertama yang dikupas dalam buku ini adalah Alanda Kariza. Ia adalah seorang mahasiswa, aktivis, sekaligus penulis. Namanya mungkin tidak terdengar asing bila anda sering mengunjungi dunia maya. Alanda merupakan inisiator dari Indonesian Youth Conference yang dilaksanakan setiap setahun sekali. Ia mulai menulis buku ketika usia belia, 14 tahun. Sebuah buku teenlit berjudul Mint Cocolate Chips menjadi awal karier kepenulisannya. Selain itu ia juga menjadi kontributor di beberapa media seperti The Jakarta Post, Jakarta Globe, Gogirl! dan lain-lain. Buku kedua yang ia terbitkan pada tahun 2010 adalah kumpulan cerita pendek dengan judul Vice Versa. ia juga turut menyumbangkan tulisannya pada buku kumpulan cerpen Pertama Kalinya serta The Journey 2. Ia mempunyai alasan sederhana kenapa terus menulis yaitu kesenangan.

Clara Regina Juana atau lebih dikenal dengan Clara Ng menjadi penulis yang diceritakan selanjutnya. Clara mulai mengawali karier menulisnya pada tahun 2002 dengan buku Tujuh Musim Setahun. Buku ini terlahir karena mengalami kecelakaan saat ia sedang hamil tujuh bulan dan sayang bayi dalam kandungannya meninggal. Ia menjadikan menulis sebagai terapi atas dukanya yang mendalam. Beberapa teman yang membaca karya terbut merasa naskah ini perlu dimasukkan ke penerbitan. Namun pada awalnya ia merasa takut apakah masyarakat bisa menerima karyanya. Berkat dukungan sang editor, naskah tersebut akhirnya terbit sebagai buku pertama Clara. Tujuh Musim Setahun berhasil diterima di masyarakat. Tidak hanya itu novel ini pun kemudian dilirik oleh Gramedia Pustaka Utama untuk pencetakan ulang dengan kemasan baru dan rebranding.

Dewi Lestari merupakan nama yang tidak asing di jagad hiburan sebagai seorang penyanyi. Dewi yang tergabung dalam kelompok Rida Sita Dewi (RSD) memulai karier menulisnya pada tahun 2001. Supernova: Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh merupakan novel pertamanya. Novel ini pun berlanjut dengan judul Supernova: Akar dan Petir. Dewi memang menyukai menulis sejak kelas 5 SD. Dewi kecil adalah seorang pendiam yang hobi mengkhayal. Dari khayalan itu kemudian ia wujudkan dalam bentuk tulisan. Pembaca pertama kali karyanya adalah keluarga. Ibunya pun kemudian menyadari betul bakat sang buah hatinya dan mendorong Dewi untuk terus menulis. Baginya bila ingin menjadi penulis bukanlah factor bakat melainkan kerja keras, itulah yang membuat Dewi sukses menjadi penulis hingga saat ini.

Dan Hujan pun Berhenti mungkin masih bisa anda temui di berbagai toko buku. Novel ini adalah hasil karya seorang gadis bernama Farida Susanty. Sebuah teenlit yang lahir karena lelah dengan teenlit yang begitu-begitu melulu. Farida bosan dengan teenlit yang menjual cerita seorang cowok yang digandrungi cewek Karena dia ketua OSIS dan jago main basket. Bahkan novel ini membawa Farida meraih penghargaan sebagai Best Young Writer di Literary Award 2006-2007. Kebiasaan menulis Farida merupakan hasil dari kebiasaannya membaca sejak kecil. Ia pun mempunyai kebiasaan yang unik, setelah membaca buku ia senang mengulangi cerita tersebut bahkan kepada teman-teman sebayanya. Ia mulai menulis sejak kelas 3 SD sebenarnya ia lebih senang menyimpan karyanya sendiri dibandingkan menunjukan kepada orang lain. Alasannya adalah karena Farida malu apabila ada yang membaca tulisannya. Melalui berbagai tulisannya ia hanya murni berniat untuk berbagi cerita tidak untuk mengejar penghargaan atau ppun sejenisnya.

Bila mendengar Valiant Budi Yogi mungkin belum banyak yang tahu. Namun bila disebutkan nama akun di jejaring social twitter @vabyo mungkin banyak yang tahu. Ia bukan penulis yang mengawalinya sejak kecil Vabyo adalah seorang penyiar radio  yang sering menulis skrip siaran. Namun sejak kecil ia pernah menulis cerita pendek saat kelas 4 SD. Cerpen tersebut kemudian ia kirimkan ke majalah anak-anak dan berhasil dimuat. Betapa bangganya Vabyo saat itu. Namun stereotip cowok suka menulis-terutama buku harian- membuatnya vakum dari kegiatan menulis. Sampai pada suatu hari ia akhirnya menerbitkan buku pertama berjudul “Joker: Ada Lelucon di Setiap Duka”. Buku ini merupakan pengembangan dari cerpen yang pernah dibuatnya. Namun sayang bukunya ini tidak cukup laris di pasaran. Namun Vabyo percaya bahwa setiap kegagalan yang terjadi adalah proses ketika kita disiapkan untuk sebuah keberhasilan di masa depan. Itulah yang membuat Vabyo terus berkarya meski sering mengalami penolakan.

Dari berbagai penulis yang dihadirkan oleh Haqi dan Ribka tampak sekali buku ini ingin memotivasi para calon penulis bila ingin sukses. Bahasa yang digunakan kedua penulis ini pun terasa mudah dipahami. Bukunya pun dipenuhi dengan foto dan lembar yang berwarna-warni hingga tak membuat pembaca merasa bosan. Penonjolan pada kutipan tertentu menjadi point penting seperti apa karakter penulis yang sedang dibahas. Buku ini menunjukan bahwa menjadi penulis sama dengan pekerjaan yang lainnya, butuh kerja keras dan pantang menyerah.

Namun ada yang terasa janggal dalam penggunaan bahasanya. Pada bab penulisan Alanda Kariza bahasa yang digunakan terasa “sangat remaja” dan didominasi kata-kata tak baku lebih persis ketika mengobrol sehari-hari. Hal tersebut bila dibandingkan dengan bab berikutnya menjadi terasa berbeda dalam penggunaan bahasanya. Meski buku ini ditulis oleh dua orang yang berbeda mestinya ada penyamaan penyampaian dalam buku agar terasa enak dibaca. Selain itu dibeberapa bab Haqi dan Ribka seolah terlalu banyak  mengutip perkataan sang penulis yang dibahas tanpa deskripsi yang cukup mendukung. Seolah hanya membaca sebuah transkrip wawancara. Seperti peribahasa tiada gading yang tak retak buku ini pun memiliki kekurangan seperti yang telah disampaikan di atas. Buku ini bisa dibaca oleh siapa saja, terutama bagi mereka yang ingin menjadi penulis.

 

Eloknya Tanah Air Khatulistiwa

2 Jul

Rizal Palevi (10321052)

Image

Judul            : The Journey 2 : Cerita dari Tanah Air Beta.

Pengarang    : Alanda kariza, Fajar Nugros, Farid Gaban, JFlow, Matatita, Rahne Putri, Richard     Miles, Riyanni Djangkaru, Travel Junkie Indonesia, Trinzi Mulamawitri, Ve Handojo, dan Windy Ariestanty.

Penerbit       : GagasMedia.

Tebal            : viii + 256 halaman.

Cetakan        : Pertama, 2012

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki 13.466 gugusan pulau dengan luas daratan 1.922.570 km2 dan luas perairan 3.257.483 km2. Dari jumlah gugusan pulau dan luas yang mencapai 5.180.053 km2, tentu saja Indonesia memiliki banyak tempat menarik untuk dikunjungi. Dari sekian banyak tempat tersebut pun banyak kebudayaan yang dimiliki oleh Indonesia. Indonesia menjadi kawasan yang cocok bagi orang-orang yang memiliki hobi traveling.

Buku ini bercerita tentang perjalanan dari beberapa orang ke daerah-daerah yang ada di Tanah Air yang sekaligus menjadi penulis dalam buku ini. Para penulisnya pun merupakan orang-orang yang sudah memiliki nama dalam dunia jurnalistik di Indonesia. Sebut saja Farid Gaban yang merupakan wartawan senior yang banyak memiliki pengalaman dalam dunia jurnalistik Indonesia. Riyanni Djangkaru seorang presenter salah satu stasiun tv swasta di Indonesia yang telah banyak memiliki program acara travelling.

Ide pokok dari buku ini adalah kisah perjalanan dari beberapa penulis ke daerah-daerah yang ada di Indonesia untuk menemukan cerita menarik yang bisa dibagikan kepada pembaca. Dari kisah-kisah tersebut, pembaca dapat mengetahui kebudayaan-kebudayaan yang ada di Indonesia. Menghargai dan melestarikan kebudayaan menjadi alasan utama para penulis menuangkan kisah mereka ke dalam bentuk buku.

Di dalam buku ini terdapat filosofi yang menarik dari Rahne Putri mengenai seperti apa konsep packing itu.  Menurutnya packing itu belajar memilih, mana-mana saja yang kita bawa dan pertahankan, seperti halnya memilih siapa yang akan kita masukkan ke hati. Hidup adalah perjalanan, hati adalah koper. Bawa secukupnya di dalamnya. Tinggalkan yang memberatkanmu, singkirkan yang merepotkanmu.

Buku ini terdiri dari 12 cerita yang berkisah mengenai perjalanan para penulis mengunjungi tempat-tempat yang ada di Negara Indonesia. Cerita di awali dari perjalanan seorang penulis cerita, skenario, dan juga blogger mengunjungi kampung Trusmin di kota Cirebon. Berawal dari menjadi salah satu peserta World Batik Summit 2011 di Jakarta, membuat Ve Handojo bertekad untuk mempelajari batik. Ia sengaja memilik workshop Batik Ninik Ichsan di kawasan kampung Trusmin, Cirebon karenan memang dekat dengan Jakarta. Perjalanan dari Jakarta ke Cirebon hanya memerlukan waktu 3 jam saja menggunakan kereta. Dalam tulisannya. Ia menjelaskan bahwa batik bukan hanya sekedar pakaian tradisional, namun dalam setiap motif batik mengandung arti dan filosofi yang menarik jika kita sebagai generasi muda mau untuk menelaahnya.

Bagian kedua ada seorang wanita asal Yogyakarta yang membagi pengalamannya melintasi papua melalui udara. Pesawat Twin Otter memang merupakan jenis pesawat kecil yang berfungsi untuk penerbangan jarak pendek. Pesawat ini memang cukup diandalkan oleh sebagian masyarakat yang ingin bepergian dari Timika ke Asmat karena memang efektif dan efisien jika dibandingkan dengan menggunakan kapal laut. Walaupun banyak terdengar berita mengenai banyak hilangnya jenis pesawat ini dalam penerbangan komersil di Papua, namun standar keselamatan penumpang tetap menjadi prioritas maskapai penerbangan. Memang pesawat ini sangat mengandalkan cuaca jika akan melakukan penerbangan. Selama dalam pesawat, wanita yang sanagat menyukai ilmu Antropologi ini sangat menikmati keindahan alam Papua yang memang masih terdiri dari hutan-hutan yang lebat. Sungai-sungai yang panjang dan berkelok-kelok tak bosan untuk dilihat karena penasaran kemana akan bermuara.

Bagian ketiga bercerita perjalanan Riyanni Djangkaru ke pulau Dewata Bali. Salah satu alasan utama ia memilih bali sebagai tujuan perjalanannya adalan untuk melihat Mola. Mola merupakan sejenis ikan Buntal yang ukurannya bisa mencapai diameter 4-5 meter. Nama lain dari ikan ini adalah Sun Fish karena bentuknya yang bulat dan suka berjemur di permukaan laut untuk menghilangkan parasit pada tubuhnya. Untuk dapat melihat ikan ini ia harus menyelam hingga kedalaman seratus meter di kawasan Nusa Penida. Tidak hanya turis lokal saja yang ingin melihat Mola dari dekat, banyak turis-turis mancanegara dari Singapura, Malaysia, bahkan Australia yang rela melakukan perjalanan panjang untuk melihat Mola. Betapa terkenalnya Bali di mata Dunia, begitulah inti yang bisa ditangkap dari ceritanya.

Bagian keempat ada cerita mengenai kota Solo yang ditulis oleh Rahne Putri. Cerita-cerita mengenai solo yang terkenal dengan kota yang sangat teratur dan tertib membuat ia ingin membuktikannya. Ternyata memang benar, Solo memiliki struktur letak tata kota yang menurutnya sangat teratur dan tertata rapi. Kota Solo sudah menjadi kota tujuan wisata sejak walikota Solo Joko Widodo mencanangkan slogan “Solo Spirit Of Java”. Hal itu ditandai dengan dibuatnya bus wisata bertingkat satu-satunya di Indonesia. Bus ini dinamakan Werkudara yang merupakan salah satu tokoh pewayangan yang memiliki sifat melaksanakan kewajiban dengan ikhlas, membela yang benar tanpa ragu, teguh pada keyakinan, mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh, dan bertindak adil serta jujur.

Sebenarnya masih banyak cerita menarik yang terdapat pada buku ini, misalnya seperti perjalanan Fajar Nugros seorang penulis dan sutradara di daerah Raja Ampat, Papua. Jika berbicara mengenai Raja Ampat, maka hal pertama yang akan muncul dalam pikiran adalah keindahan kekayaan lautnya yang terkenal hampir di seluruh Dunia. Namun Fajar tidak melulu bercerita mengenai keindahan alam bawah laut Raja Ampat yang begitu indah, dia mengambil sisi lain dari Raja Ampat. Papua memang terkenal sebagai penghasil bibit-bibit pemain sepak bola yang handal, sebut saja Boas Salossa. Pemain berdaraj Papua ini merupakan andalan di lini depan Timnas Indonesia. Hal seperti itulah yang diangkat oleh Fajar dimana anak-anak Raja Ampat sangat menggemari sepak bola dan memiliki cita-cita untuk menjadi pemain sepak bola. Jika mereka tak mampu untuk menempuh pendidikan yang tinggi, jalan terbaik menurut mereka adalah dengan menjadi pemain sepak bola.

Buku “The Journeys 2 : Cerita dari Tanah Air Beta” ini cukup menarik untuk menjadi bahan bacaan bagi para penggila travelling karena ditulis dengan gaya bahasa yang cukup beragam. Hal tersebut dikarenakan bukan hanya satu penulis saja yang bercerita, namun bayak penulis-penulis berpengalaman yang berbagi cerita pada buku ini. Hal itu membuat pembaca tidak merasa bosan jika membaca buku ini. Pada setiap cerita pun dilengkapi dengan foto-foto perjalanan dari para penulis. Pembaca dapat berimajinasi dengan tulisan dan gambar-gambar yang membuat pembaca seolah-olah ikut masuk ke dalam cerita tersebut.Satu hal lagi yang menarik dari buku ini, ada Travellers Info pada halaman 184. Dengan adanya info tersebut sangat bermanfaat bagi pembaca jika ingin mengunjungi tempat tersebut. Namun hal yang sangat disayangkan adalah tidak semua cerita terdapat kolom travellers info.

Secara garis besar dapat saya ambil kesimpulan, buku ini sangat menarik untuk dimiliki dan dibaca. Isi-isi cerita yang menjelaskan mengenai bagaimana kebudayaan, tradisi, tempat wisata yang sangat menarik di Indonesia sangat diperlukan kita sebagai warga negara Indonesia. Buku ini mengajarkan bagaimana kita harus bangga menjadi warga Indonesia.

Kepuasan Pelanggan, Tanggung Jawab Pelayanan

2 Jul

Nur Istifani Rahayu

Sumber Foto : Nur Istifani Rahayu

Sumber Foto : Nur Istifani Rahayu

Judul : Service Flavours (Customers’ Experiences, Customers’ Thoughts)
Penulis : Cyltamia Irawan
Penerbit : Lentera Hati
Terbit : April 2013
Tebal : 186 halaman

Cyltamia Irawan memulai kariernya sebagai Product Development and Communication Offivcer di Asuransi Astra Buana. Pada 2003, mantan penyiar Ardan Radio ini memutuskan untuk membangun Lentera Consulting, yang fokus di area Service and Communications. Bersama timnya, ia telah membangun puluhan organisasi dari berbagai latar belakang, skala, dan bidang usaha. Pada rentang waktu 2010-2012, ia telah menjadi pembicara di 15 kota besar dalam seminar dan workshop Wanita Wirausaha Femina bersama Bank BNI dan Bank Mandiri. Service Flavours adalah buku keempat yang ia terbitkan. Tiga buku pertamanya, Secangkir Kopi untuk Sahabat Customer, Simple Leadership DNA, serta Kencan 8:8 yang telah menjadi national bestseller.

Berbeda dengan tiga buku yang pernah ia terbitkan, pada Service Flavour penulis lebih ingin berbagi mengenai beberapa pengalaman dari para pelanggan terhadap suatu pelayanan. Baik pelayanan perusahaan kecil, sedang atau besar; maupun institusi swasta atau pemerintah. Dari karyawan, pemilik bisnis sampai pemimpin organisasi agar memberi kualitas service yang lebih baik bagi para customer-nya.

Dari beberapa pengalaman customer yang diceritakan di dalam buku ini. Sebagian besar bercerita tentang komplain terhadap pelayanan suatu perusahaan atau institusi. Penulis ingin menegaskan kepada Anda sebagai pelanggan, agar tidak hanya berdiam diri dan menerima pelayanan yang tidak memuaskan. Sedangkan bagi Anda yang merupakan pemilik atau pekerja di suatu perusahaan dan institusi. Tanggung jawab besar berupa kepuasan terhadap customer ada di depan Anda. Penulis menjelaskan bahwa sebagai customer, Anda memiliki hak untuk komplain terhadap ketidakpuasan ataupun ketidak nyamanan terhadap pelayanan, dan pemberi pelayanan mempunyai kewajiban untuk memberikan kepuasan dan kenyamanan bagi customer.

“Customer komplain karena yang diberikan perusahaan tak selaras dengan harapannya. Maka, memahami harapan customer adalah langkah awal menghindari ketidakpuasan” (Halaman 101).

Tetapi sebagai seorang konsumen, juga harus memperhatikan komplain yang akan diajukan. Di dalam buku ini, Cyltamia tidak hanya melulu membicarakan pelayanan yang buruk dari sebuah jasa service yang buruk. Ia juga menyeimbangkan service dan customer dengan membalik situasi. Seperti halnya, bukan hanya pelayanan buruk yang akan menjatuhkan citra perusahaan. Namun, konsumen yang semaunya juga akan membuat image perusahaan turun. Menurutnya, sudah tidak zaman istilah konsumen adalah raja. Karena banyak konsumen yang tidak bijak dan cerdas seperti raja.

“Kalau raja, pasti bijak, dong! Tahu tempat untuk komplain, tahu bagaimana komplain yang baik, cerdas memilah mana kesalahan perusahaan dan mana yang bukan” (Halaman 115).

Solusi yang selalu diberikan untuk setiap komplain dalam tulisan Cyltamia ini adalah mendengarkan. Dengan mendengarkan, maka perusahaan akan mengetahui apa yang diinginkan oleh konsumen. Hingga nantinya jalan keluar akan ditemukan untuk penyelesaian masalah.

Buku ini dikemas menggunakan bahasa yang sangat ringan dan dapat dicerna dengan baik. Karena banyak menggunakan bahasa sehari-hari dan tidak bertele-tele. Anda tidak akan bosan untuk membaca setiap artikel yang tertulis di dalamnya. Selain itu, pada setiap judul tulisan diberikan ilustrasi gambar yang menarik sesuai dengan kisahnya. Lebih menariknya, Anda sebagai customer ataupun pemberi service dapat mengambil serapan-serapan pengalaman yang diberikan. Selalu ada Insight dari setiap kisah yang dituliskan agar Anda tidak hanya memandang satu sisi dari setiap kejadian yang ada. Insight dalam setiap artikel ini juga dapat membantu Anda untuk menyimpulkan sedikitnya kisah para customer.

Namun setiap pengalaman yang diberikan, kebanyakan dari orang yang sudah memiliki nama ataupun jabatan tinggi. Seperti Farhan yang merupakan presenter dan penyiar radio, kemudian Auguste Soesastro yang merupakan fashion designer, atau beberapa pejabat Bank Nasional. Ini memberi kesan bahwa komplain akan didengar apabila orang tersebut memiliki ‘nama’. Penulis tidak berusaha mencari pengalaman customer yang memiliki status sosial atau ekonomi di bawah. Pembaca akan bertanya-tanya bagaimana apabila itu terjadi pada orang miskin? Atau bagaimana apabila orang miskin itu yang komplain, apakah di dengar atau tidak. Selain itu, ada satu kesalahan penulisan dan kurangnya penggunaan tanda baca yang sedikit mengganggu. Harga buku juga cukup mahal untuk ukuran yang cukup kecil. Terlepas dari itu, pengalaman yang diberikan sudah cukup mewakili perasaan customer dan service yang seringkali menemui kendala dalam menerima dan memberikan pelayanan. Harga buku yang juga cukup mahal sebanding dengan manfaat yang didapatkan pembaca.

Buku ini sangat cocok untuk meningkatkan kinerja suatu perusahaan ataupun institusi. Agar pelayanan yang sering diabaikan kini dapat diutamakan. Tanpa customer, maka perusahaan ataupun institusi tidak akan berjalan. Begitupun untuk para customer, tanpa perusahaan atau institusi terkait. Maka kebutuhan yang diinginkan tidak akan tercapai. Buku ini pun dapat menjadi acuan agar customer tidak semena-mena komplain pada suatu perusahaan. Customer bisa siapa saja, bahkan karyawan dan perusahaan adalah customer internal. Untuk itulah dibutuhkan good service untuk menimbulkan good mood dalam benak pelanggan.